Genggaman tangan itu rasanya tak ingin ku lepas saat itu. Aku masih menginginkamu disini dan membawamu pergi dari tempat dimana burung besi itu akan membawamu jauh dariku. Masih ku ingat jelas malam sebelum kepergianmu hari itu. Duduk berdua di teras rumahmu, rumah dimana selalu ku dapatkan senyuman hangat dan kenyamanan saat ku injakan kakiku disana, bersandar di bahumu, kau genggam erat jemari tanganku, sambil mengeja langit yang mendung tanpa satupun bintang tersenyum untuk kita, ahhh romantic memang.. dan aku suka itu, tapi entah kenapa malam itu rasanya tak ingin ku lewati dan terasa tak menyenangkan bagiku, sayang. “semua akan baik2 saja bii,” itu katamu sambil mengusap lembut rambutku, membuatku justru ingin semakin hanyut dalam pelukanmu. “ ini gak sesulit yang lo bayangin, gw kan cuma pergi bentar, yah kita nikmatin aja hubungan jarak jauh kita, LDR dan gw janji ini nggak akan ngerubah kita sedikitpun.” Katamu lagi tanpa menatapku sedikitpun. Katamu LDR?? Jarak jauh?? Ini yang nggak aku bisa sayang, tapi kenapa kau sellau saja mengatakan ini mudah seolah2 ini hal sepele dalam hubungan kita. Nyesek memang untukku, tapi percuma kau juga akan tetap mengatakan hal yang sama untukku saat ku berusaha melawan segala opinimu tentang hubungan kita ke depannya nanti yang kau sebut LDR itu. Aku hanya inginkan tatapanmu malam itu, bukan setiap kata yang terucap dari bibirmu, cukup tatapan darimu sayang. Tapi malam itu aku kehilangan tatapanmu dan aku terdiam. Iya, aku terdiam karena percuma ku berbicara untuk menahanmu pergi malam itu toh esok harinya kau juga akan tetap pergi bukan, atau mungkin aku sudah kehabisan kata2 untuk menahanmu disini, egois memang meskipun aku tahu ini bukan kehendakmu untuk pergi tapi karna keadaan dan baktimu sebagai seorang anak, ku belajar mengerti itu. Tapi tahukah kau dibalik ini semua aku menyimpan ketakutan yang tak lagi dapat ku sembunyikan.
“ gw bakal tetep jadi abay yang sama bii, gw kan udah bilang ini Cuma LDR, Cuma masalah jarak aja. Gak kan ada yang berubah dari kita.” Aku masih terdiam, tak ingin ku jawab lagi ucapanmu.” Trust me bii” katamu lagi sambil mentapku sebentar, seolah kau telah membaca ketakutanku akan hal itu yang ku sembunyikan dalam kediamanku tapi aku gagal. Tapi tahukah kamu, malam itu aku juga menangkap hal yang sama dari matamu saat ku paksa kau mentapku. Aku tau saat itu kau merasa ketakutan sama sepertiku, entah aku masih belum bisa menjabarkan ketakutanmu itu seperti apa, tapi aku sadar ternyata ketakutanmu jauh lebih besar daripadaku, terlihat jelas sayang dari tatapanmu. Tapi kau menutupi itu semua dengan berbicara setenang itu padaku. Ahahahhahai… dasar bodoh kau bung!!! Kau berusaha menyembunyikan itu semua dengan sangat rapi pikirmu tapi ternyata aku berhasil mengendusnya. Hahahha.. geli memang/ aku tak ingin bicara lagi, akhirnya ku putuskan untuk memelukmu erat sampai aku tertidur di pelukanmu untuk malam terakhir kita, hawa dingin yang menyapa tengkukku tak terasa lagi saat kau mendekapku. Aku pasti merindukan itu semua. Merindukan mala mini, merindukan kebiasaan kita, merindukan berjalan bersamamu berkeliling jogja dan tempat2 favorit kita.
Pagi itu, ketika semua orang sibuk mempersiapkan kepergianmu ke Negara yang terkenal degan kincir anginnya itu, rasanya menyesakkan untukku, jauh lebih menyesakkan daripada rasanya sakit kepala yang sering ku rasakan.
Kau memilih berangkat berdua denganku, kau bawa laju si hitamku ke tempat dimana burung burung besi itu akan membawamu terbang. Aku menikmati setiap waktuku yang masih tersisa bersamamu waktu itu. Kau masih saja sama, meninggalkan kebiasaanmu saat duduk di kursi pengemudi sebelahku, dan aku pasti merindukan ini.
Aku semakin merasa yakin akan ketakutanmu saat itu apalagi saat kau tak sedikitpun melepas genggaman tanganku, kau tak sedikitpun membiarkanku jauh darimu sebentar saja sebelum kau pergi. Dan aku menkmati itu semau sayang, tapi pagi itu aku tak boleh egois, karena ada orang orang di sekeklilingmu yang juga ingin bersamamu sebelum kau pergi, kau masih saja membagi tawamu padaku dan orang2 di sekitarmu yang mengantarkan kepergisanmu selain aku. Ku nikamti beberapa jam terakhir bersamamu, berkali kali ku lirik jam tanganku memastikan berapa lama lagi waktuku yang tersisia dan berkali kali pula kau menangkap senyumku secara permanen pada nikon SLR kesayangnamu itu. Ahhh… sampai akhirnya waktumu tiba, dengan berat hati aku mengutuk waktu itu, tapi percuma. Satu persatu kau mendekap orang orang di sekitarmu, berpamitan pada mereka dan tangis pelepasanmu datang dari seorang wanita cantik yang sangat mencintaimu dan menyayangimu yang kau panggil mama. Dapat ku lihat jelas air matanya jatuh saat kau peluk dia, kau cium tangannya dan saat keningmu di kecup olehnya. Apakah aku juga akan menangis seperti itu saat tiba giliranmu berpamitan padaku?? Aku meunggu giliranku beratatapan padamu sebelu kau pergi.
“jaga diri bii, jangan aneh2, jaga kesehatan bii, bla.. bla..bla…” nasehatmu untuk kesekian kalinya kembali ku dengar sambil membelai kepalaku. Aku hanya terdiam, tak ada lagi yang ingin ku katakana. Aku hanya ingin memelukmu erat dan lama , hanya ingin pelukmu, merasakan aroma tubuhmu, detak jantungmu, itu membuatku tenang, nyaman. Kau berikan pelukan terakhirmu sebelum kau pergi bersama burung besi itu. Aku menagis dalam pelukanmu, memalukan memang tapi ini tersa berat untuk melepasmu pergi. Berkali kali pula ku rasakan bibirmu mengecup manis keningku, membuat air mataku turun semakin deras dan ku sembunyikan air mataku itu dalam pelukanmu.” Jangan berubah ya bii, sekalipun kita jauh. Tetep jaga mesranya kamu ke aku, hubungi aku terus setiap hari.hati2 kamu disini.” Itu katamu dan lagi lagi ku balas dengan pelukan yang kencang dan kau justru membalasnya dengan kecupan kecil di bibirku tanpa memeprdulikan orang2 yang sedari tadi mengawasi dan memperhatikan kita. Kau hapus air mataku dan aku tersenyum, sekali lagi kau bawa aku ke dalam pelukanmu sebelum kau berjalan pergi.” Love u.” Bisikmu dan aku tersenyum melapas pelukanmu. Tersenyum melepas untuk pergi. Perlahan tapi pasti kau berjalan pelan meninggalkanku dan orang2 yang mengantarmu, kau lambaikan tanganmu sampai akhirnya kau tak lagi terlihat di pintu keberangkatan.
Drrt…drrt… getar dan hp kesayangku berbunyi, segera ku lihat siapa orang yang di seberang sana memanggilku dan ternyata itu kamu.”I love you ” Aku tersenyum mendengarnya membuatku lega dan lega,”love u too sayang, take care.” Hanya sebentar pembicaraan kita tapi aku menikmati pembicaarn kita yang sebentar itu di telpon.
Ini memang berat, tapi pergilah kalau memang harus pergi dan aku akan menunggumu disini, menjaga hatiku untuk kedatanganmu beberapa bulan ke depan, entah itu kapan. Toh, ini bukan akhir kisah kita, kau hanya pergi dan kau akan kembali nanti.aku akan menikmati setiap kisah nanti esok sampai kau kembali lagi. Aku menyayangimu disini karena aku menyayangimu dirimu seperti ku sayangi diriku sendiri jadi bagaimana bisa aku ingin berpisah dengan diriku sendiri.
End :)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar